A. Sejarah virus Herpes
Di zaman Yunani kuno, Hippocrates, seorang
cendekiawan Yunani telah menggambarkan herpes berarti merayap atau merangkak,
dalam referensi sifat penyebaran lesi kulit herpetik. Bahkan Shakespeare diduga
telah akrab dengan penyakit herpes. Dalam Romeo dan Juliet, ia sempat menulis,
ketika Ratu Mab untuk mengatakan, “Bibir wanita dengan wabah melepuh, karena
napas mereka sudah tercemar.” Selama abad kedua puluh, penelitian HSV pun
berkembang. Studi histopatologi yang dilakukan dengan menandai adanya sel
raksasa multinuklear berhubungan dengan infeksi virus herpes. Dan pada 1919,
Lowenstein dikonfirmasi eksperimen sifat menular HSV, bahwa Shakespeare hanya
dicurigai. Pada tahun 1920 dan 1930-an, sejarah alam HSV
secara luas dipelajari dan ditemukan bahwa HSV tidak hanya menginfeksi kulit,
tetapi juga sistem saraf pusat. Pada tahun 1930-an, respon imun terhadap HSV
adalah dikaji dengan teliti dan milik HSV dikenal sebagai latency ditandai.
Pada 1940-an dan 1950-an, penelitian berlimpah pada banyak penyakit yang disebabkan
oleh HSV. Penelitian yang lebih baru telah difokuskan pada penelitian
antivirus, perbedaan antara HSV strain, dan menggunakan vektor HSV untuk
digunakan dalam vaksin. (http://www.neraca.co.id/article/7756/Sejarah-Penyakit-Herpes)
B. Morfologi virus Herpes
Herpes simplex disebabkan oleh virus herpes
simplex (VHS) yang termasuk herpetovirus dalam famili Herpetoviridae. Virion
sendiri tanpa selubung, berukuran sekitar 100nm, dan tersusun sebagai suatu
ikosahedral kapsid yang terdiri dari 162 kapsomer. Virion dikelilingi
oleh suatu selubung yang berhubungan dengan virion melalui tonjolan-tonjolan.
Selubung tersusun dari lipoprotein. Replikasi dari DNA, yang mempunyai berat
molekul antara 70-100x106 dalton,
seperti halnya pembentukkan virion, terjadi didalam inti sel yang terinfeksi. (Dr.Soedarto,DTMH,PhD.Dasar-Dasar
Virologi Kedokteran. 1988)
C. Penggolongan virus herpes
1.Beberapa tipe virus herpes yang menyebabkan
penyakit pada manusia
Tipe virus herpes
|
Nama
|
Sub famill
|
Sel target
|
Laten pada
|
Transmisi
|
1
|
Herpes simplex-1 (HSV-1)
|
Alpaherpesvirinae
|
Epitel mukosa
|
Sel saraf
|
Kontak langsung
|
2
|
Herpes simpleks-2 (HSV-2)
|
Alpaherpesvirinae
|
Epitel mukosa
|
Sel saraf
|
kontak langsung hubungan seksual
|
3
|
Varicella zoster(VSV)
|
Alpaherpesvirinae
|
Epitel mukosa
|
Sel syaraf
|
Kontak langsung saluran syaraf
|
4
|
Epstein-barr virus (EBV)
|
Gammaherpesvirinae
|
Limfosit B, sel epitel
|
Limfosit B
|
Air liur
|
5
|
Cytomegalovirus (CMV)
|
Betaherpensvirinae
|
Epitel,
Monosit
Limfosit
|
Kontak langsung,transfusi darah,transplantasi,
kongenital
|
|
6
|
Herpes limphotropic virus
|
Betaherpensvirinae
|
Limfosit T, dan organ lain
|
Limfosit T, dan organ lain
|
Kontak langsung saluran nafas
|
7
|
Human herpes virus-7(HHV-7)
|
Betaherpesvirinae
|
Limfosit T dan organ lain
|
Limfosit T dan organ lain
|
Belum diketahui
|
8
|
Human herpes virus-8 (HHV-8) kaposis sarcoma associated
herpes virus (KSHV)
|
Gammaherpesvirinae
|
Sel endotelial
|
Belum diketahui
|
Pertukaran cairan tubuh
|
2. Replikasi HSV
Hampir semua jenis sel hospes dapat di
infeksi oleh HSV pada beberapa sel antara lain sel
endotelial dan sel fubroblas inveksi HSV bersifat litik sedangkan pada sel
saraf berlansung persisten atau laten. Replikasi HSV
terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Penempelan tahap pertama
adalah penempelan HSV pada resptor sel yaitu senyawa proteoglikan, hepartan
sulfat. Molekul ini banyak terdapat pada permukaan sel hospes.
2. Fusi
sel. Setelah melekat pada sel virus lansung bmelakukan fusi dengan membran plasma
sel. Setelah proses fusi terjadi, virus melepaskan beberapa proteinkedalam
sitoplasma,termasuk beberapa jenis toksin, protein kinase dan gen inisiator
transkripsi.
3. Sintesis
protein. Merupakan satu proses yang sangat kompleks, setelah transkripsi
beberapa gen pemula, dan translasi enzim yang berperan pada produksi protein
struktural, terjadi reprikasi DNA viral oleh DNA polinerase viral setelah itu
terjadi proses perakitan kapsid viral di daklam nukkleus.
4. Sintesis
glikoprotein. Seluru glikoprotein dibuat pada retikulum endoplasmit dimana
nukleokapsid memperoleh molekul gula dengan kadar manosa yang tinggi.
Glikoprotein yang telah terbentuk melalui proses difusi bergerak kearah
membrannukleus. Proses budding nukleokapsid terjadi pada membran nukleus,
kemudian keluart dari sel hospes. Selama proses buding, virus memperoleh
molekul rantai gula yang kaya akan senyawa galaktosa dan asam sialat.
5. Pelepasan
virus. Virion keluar dari dalam sel melalui proses eksositosis atau melalui
prioses lisis sel selain itu, virion dapat masuk ke sel yang ada di
sekelilingnya secara intra seluler
3. Sifat Alami Dari Herpes
Serum dari kebanyakkan orang dewasa dan
anak mengandung antibodi terhadap virus herpes simpleks dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa, presentase orang yang mengandung antibodi akan meningkat
sesuai dengan kenaikkan umurnya.
Hanya sedikit dari mereka yang mempunyai
antibodi didalam darahnya pernah mengalami infeksi klinik (apperent) herpes,
dan hal ini menunjukkan bahwa infeksi virus herpes simpleks umumnya bersifat
sebagai suatu infeksi subklinik (inapperent). Infeksi primer dengan virus
herpes simpleks dapat bersifat subklinik atau klinik dengan manifestasi yang
paling sering terjadi sebagai gingivostomatitis. . Infeksi primer dengan virus
herpes simpleks dapat bersifat subklinik atau klinik dengan manifestasi yang
paling sering terjadi sebagai gingivostomatitis. Penyakit herpes primer
cenderung untuk bersifat hebat dan umumnya terbanyak didapat pada anak berumur
1-5 tahun.
Herpes yang rekuen merupakan suatu penyakit
yang timbul (kambuh) lagi dari bentuk infeksi herpes setempat pada kulit,
mukosa dan kornea. Dalam kasus demikian antibodi dalam darah terdapat pada fase
remisi, akan tetapi tidak dapat mencegah terjadinya rekurensi.
A. Patologi dan Patogenesis
Infeksi herpes mempunyai lesi yang bersifat
khas berupa vesikel pada kulit. Sel-sel epitel memperlihatkan degenerasi balon
(ballononing degeneration) yang menyebabkan terbentuknya vesikel. Badan inklusi
intranukleus asidofilik yang disebut Cowdry tipe A atau Lipschutz tipe A dapat
ditemukan dalam sel-sel raksasa dan sel-sel epitel yang terdapat dipinggir
vesikel. Lesi-lesi tersebut merupakan salah satu bukti adanya reaksi inflamasi.
Badan inklusi intranukleus dapat ditemukan pula dalam jumlah kecil didalam sel
dipinggir vesikel.
Patogenesis virus herpes simpleks sangat
menarik perhatian, karena virus biasanya masuk kedalam badan melalui bibir,
mulut, kulit, kantung konjungtiva. Multiplikasi awal virus terjadi pada tempat
masuknya virus tersebut. Kemudian virus masuk kedalam kelenjar limfa regional
dasn mengadakan infasi kedalam darah yang selaqnjutnya menempatkan diri dan
mengadakan reproduksi didalam kulit, membran mukosa, atau viseral.
Mekanisme terjadinya herpes yang rekuren
belum diketahui secara rinci. Virus herpes simpleks diduga berada dalam keadaan
laten didalam kulit, membrane mukosa atau kemungkinana besar juga dalam limfe
yang dapat dibangunkan menjadi aktif dengan berbagai cara, misalnya secara
hormonal, traumatik.
B. Respon Imun Terhadap Tubuh
Sistem imun ini berperan untuk penyembuhan
terhadap infeksi primer, dan menanggulangi infeksi virus yang hidup didalam sel
(intraseluler) misalnya virus herpes. Terhadap virus intraseluler antibodi
tidak berperan karena tidak mempunyai kemampuan untuk memasuki sel.
Sistem imun seluler memiliki sel T sitotoksik
yang dapat menghancurkan langsung sel-sel yang terinfeksi virus Herpes. Melalui
cara ini jumlah virus akan berkurang karena bentuk virus belum sempurna dan
tidak lagi mempunyai tempat untuk berkembang biak. Limfokin yang dihasilkan
berfungsi menarik makrofag ketempat infeksi dan mengaktifkan sel makrofag
tersebut. Selain itu limfokin berupa interferon bersifat antivirus melindungi
sel-sel tubuh yang masih sehat yang masih sehat yang belum terinfeksi virus
herpes.
C. Penularan dan pencegahan
Manusia merupakan satu-satunya sumber
penularan herpes simplex. Infeksi primer terjadi pada anak berumur dibawah lima
tahun (balita), terutama yang berasal dari keluarga miskin pada populasi padat
penduduk. Penularan primer terjadi malalui droplet titik ludah dan cairan
rongga mulut, melalui sekret konjungtiva dan dengan kontak langsung secara
genital melalui jalan lahir pada waktu berlangsung proses persalinan. Penularan
sekunder terjadi akibat provokasi atau rangsangan penyakit-penyakit demam,
alergi, terutama mekanik atau psikis dan paparan sinar matahari yang
berlebihan.
Ibu hamil yang pernah menderita herpes
simpleks pada organ genitalnya sebaiknya diperiksa secara virologis maupun
sitologis. Pemeriksaan dilakukan pada trimester akhir. Operasi caeser dapat
dilakukan untuk mencegah herpes dari ibu ke bayi.(soedarto. virologi
klinik. 2010)
D. Diagnosis Laboratorium
Diagnosis laboratorium untuk penyakit herpes
terdiri dari empat macam pemeriksaan yaitu:
- Pemeriksaan
langsung secara mikroskopis
- Pemeriksaan serologik
- Isolasi dan identifikasi virus
- Binatang percobaan
Tes ini yang paling sederhana dan relatif
cepat, ialah mewarnai dengan Giemsa atau hematoksilin eosin (H-E) sediaan
kerokan didasar vesikel pada gelas alas untuk melihat adanya sel-sel raksasa
berinti banyak (Tzank) yang khas dengan badan inklusi intranukleus (Cowdry tipe
A).Dengan teknik antibodi fluoresensi dari sediaan dasar vesikel, maka bahan
viral (badan inklusi khas) dapat ditemukan dalam sel dengan cepat.
Isolasi virus dapat dilaksanakan dengan tiga
cara, yaitu dengan teknik ovo (telur berembrio), teknik invitro (biakan sel
jaringan) dan teknik in vivo (binatang laboratorium).
Hasil pemeriksaan laboratorium selanjutnya
tergantung pula pada beberapa faktor yaitu:
1. Pemilihan jenis bahan
pemeriksaan yang paling baik (specimen og choice)
2. Pengambilan,
pengiriman, pengolahan, dan penyimpanan bahan pemeriksaan
- Pemilihan dan pengurangan sistem atau medium hidup yang paling peka bagi virus yang akan diasingkan.