-->

HEPATITIS B

Hepatitis B adalah infeksi serius pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B bisa menyebabkan kondisi akut dan kronis pada pasien. Jika sudah memasuki level kronis, penyakit ini bisa membahayakan nyawa penderitanya. Jika tidak segera ditangani, pendertia hepatitis B kronis berisiko terkena sirosis, kanker hati, atau gagal hati.


Hepatitis B sulit dikenali karena gejala-gejalanya tidak langsung terasa dan bahkan ada yang sama sekali tidak muncul. Karena itulah, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Virus ini biasanya berkembang selama 1-5 bulan sejak terjadi pajanan terhadap virus sampai kemunculan gejala pertama.
Beberapa gejala umum hepatitis B antara lain:

  • Kehilangan nafsu makan.
  • Mual dan muntah.
  • Nyeri di perut bagian bawah.
  • Sakit kuning (dilihat dari kulit dan bagian putih mata yang menguning).
  • Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, nyeri pada tubuh, dan sakit kepala.

Penderita Hepatitis B di Indonesia


Hepatitis B merupakan masalah kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 680 ribu orang meninggal dunia tiap tahun akibat komplikasi hepatitis B, seperti siroris dan kanker hati.

Di Indonesia sendiri, hasil riset Kesehatan Dasar pada yang dirilis pada 2015 menunjukkan bahwa penderita hepatitis di Indonesia diperkirakan mencapai 28 juta orang, dimana setengah di antaranya berpotensi untuk menjadi kronis, dan 10 persen dari risiko kronis tersebut akan mengalami sirosis atau bahkan kanker hati.

Cara Penularan Hepatitis B


Hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan tubuh, misalnya sperma dan cairan vagina. Beberapa cara penularan umumnya antara lain:

  • Kontak seksual. Misalnya berganti-ganti pasangan dan berhubungan seks tanpa alat pengaman.
  • Berbagi jarum suntik. Misalnya menggunakan alat suntik yang sudah terkontaminasi darah penderita hepatitis B.
  • Kontak dengan jarum suntik secara tidak disengaja. Misalnya petugas kesehatan (paramedis) yang sering berurusan dengan darah manusia.
  • Ibu dan bayi. Ibu yang sedang hamil dapat menularkan penyakit ini pada bayinya saat persalinan.

Diagnosis pada Hepatitis B


Diagnosis hepatitis B dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan darah, yakni tes antigen dan antibodi untuk virus hepatitis B, serta pemeriksaan darah untuk melihat fungsi hati.

Ada tiga jenis pemeriksaan antigen dan antibodi untuk hepatitis B, yakni hepatitis B surface antigen (HbsAg), hepatitis B core antigen (HbcAg), antibodi hepatitis B surface antigen (anti-HbsAg). Masing-masing tes ini memiliki fungsi yang berbeda, dan akan dijelaskan lebih mendetail pada bagian diagnosis.

Tes fungsi hati dilakukan untuk memeriksa kemungkinan menderita penyakit hati lainnya. Hal ini dikarenakan gejala hepatitis B seringkali menyerupai penyakit lainnya, terutama gangguan di hati. Pada pemeriksaan ini, akan dilihat apakah terdapat peningkatan enzim hati, yang menandakan bahwa hati Anda sedang berada di bawah tekanan atau sedang mengalami gangguan tertentu.

Hepatitis B Akut dan Kronis


Ada dua jenis infeksi hepatitis B, yaitu akut (terjadi dalam waktu singkat) dan kronis (jangka panjang). Infeksi akut umumnya dialami oleh orang dewasa. Jika mengalami hepatitis B akut, sistem kekebalan tubuh Anda biasanya dapat melenyapkan virus dari tubuh dan Anda akan sembuh dalam beberapa bulan.

Hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh selama lebih dari enam bulan. Jenis hepatitis B ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Anak-anak yang terinfeksi virus pada saat lahir berisiko mengalami hepatitis B empat sampai lima kali lebih besar dibanding anak-anak yang terinfeksi pada masa balita.

Sebanyak 20 persen orang dewasa yang terpapar virus ini akan berujung pada diagnosis hepatitis B kronis. Penderita hepatitis B kronis bisa menularkan virus meski tanpa menunjukkan gejala apa pun. Berdasarkan penelitian WHO, sekitar 3 dari 10 penderita hepatitis B kronis akan mengalami sirosis.

Sirosis adalah kerusakan hati jangka panjang atau kronis yang menyebabkan luka pada hati. Perkembangan penyakit yang perlahan-lahan mengakibatkan jaringan sehat digantikan oleh jaringan rusak. Fungsi hati dalam memproses nutrisi, hormon, obat, dan racun yang diproduksi tubuh akan melambat.

Pengobatan Hepatitis B


Tidak ada langkah khusus dalam pengobatan hepatitis B. Tujuan pengobatan kondisi ini adalah untuk mengurangi gejala dengan obat pereda sakit, serta menjaga kenyamanan sehari-hari si penderita dan keseimbangan gizinya.

Sementara itu, pengobatan untuk hepatitis B kronis tergantung pada tingkat keparahan infeksi pada hati. Penanganan penyakit ini adalah menggunakan obat-obatan yang berfungsi untuk menghambat produksi virus dan mencegah kerusakan pada hati.

Vaksin dan Pencegahan Hepatitis B


Langkah efektif dalam pencegahan hepatitis B adalah dengan melakukan vaksin. Di Indonesia sendiri, vaksin hepatitis B termasuk vaksin wajib dalam imunisasi. Proses pemberian vaksin dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat anak lahir, saat anak berusia 1 bulan, dan pada saat anak berusia 3-6 bulan. Meskipun begitu, orang dewasa dari segala usia pun dianjurkan untuk menerima vaksin hepatitis B, terutama apabila mereka berisiko tinggi tertular hepatitis B. Contohnya seperti:

  • Orang yang memiliki lebihdari satu pasangan seksual.
  • Orang yang menggunakan obat suntik atau berhubungan seks dengan pengguna obat suntik.
  • Petugas kesehatan (paramedis) yang berisiko terpapar virus hepatitis B.
  • Orang yang tinggal serumah dengan penderita hepatitis B.
  • Penderita penyakit hati kronis.
  • Penderita penyakit ginjal.

Pemeriksaan hepatitis B juga diterapkan bagi ibu hamil. Jika sang ibu mengidap penyakit ini, bayinya harus menerima vaksin pada saat lahir (12 jam setelah persalinan) untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi. Langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena hepatitis B di antaranya adalah:

  • Berhenti atau jangan menggunakan obat-obatan terlarang.
  • Hindari berbagi penggunaan barang seperti sikat gigi, anting-anting, ataualat cukur.
  • Waspadalah saat ingin menindik ataumenato tubuh.
  • Jangan berhubungan seks tanpa alat pengaman kecuali Anda yakin pasangan Anda tidak memiliki hepatitis B atau penyakit kelamin menular lainnya.

Apabila Anda telah melakukan kontak dengan salah seorang penderita hepatitis B dalam rentang waktu 24 jam terakhir, segera periksakan diri ke dokter. Risiko penularan penyakit ini dapat diturunkan dengan pemberian suntikan imunoglobulin hepatitis B. Ini adalah larutan obat yang berisi antibodi guna melawan virus hepatitis B.

LihatTutupKomentar